Tantangan 10 Hari Komunikasi Produktif (Day 1)

Komunikasi Keluargaku

Bismillahirrahmaanirrahiim..

Saya masih punya kendala dalam melarang anak saya, Nara untuk melakukan sesuatu. Terkadang masih ada kata ‘jangan’ yang mencerminkan bahwa saya tidak menginginkan Nara melakukan hal tersebut.
Menurut poin C dalam komunikasi produktif dengan anak, kita semestinya mengatakan apa yang kita inginkan, bukan yang tidak kita inginkan agar output nya bagus ke anak kita sebagai gaya komunikasi yang baik. Dan poin inilah yang masih menjadi PR saya dalam berkomunikasi dengan Nara.

Contohnya di hari ini tanggal 1 Juni 2017, terdapat beberapa hal yang Nara lakukan dan saya tidak ingin ia melakukannya, untuk kebaikannya. Alhamdulillah saya berhasil menggunakan kalimat produktif.
Selepas sahur, Nara menggosok hidungnya dengan kencang karena gatal. Saya bisa saja mengatakan “Jangan garuk kencang-kencang atuh”, namun saya mencoba memilih

“Gatal ya? Kalau digaruk kencang-kencang nanti sakit hidungnya. Pelan-pelan aja ya. Kayak gini..” (Sambil saya contohkan mnggosok perlahan.)

...

Yang kedua selepas shubuh. Nara melihat ada earphone dan handphone Undanya di kasur. Seketika Nara ambil lalu mencolokkan earphone tersebut ke HP, lalu dicopot lagi, dicolokkan lagi, berulang kali, beberapa kali. Saya melihatnya langsung otomatis,

“Jangan dilepas pasang sayang nanti rusak.”

Ups, saya kelupaan lagi, saya malah mengutarakan apa yang tidak saya inginkan, bukan apa yang saya inginkan. Akhirnya saya koreksi,

“Kalau bolak-balik dilepas pasang earphone nya, nanti rusak. Cukup satu kali aja ya, Nara maunya dilepas atau dipasang?”

“Dipasang aja.”

“Yaudah kita pasang ya.. Begini aja yaa..” J

Alhamdulillah Nara paham dan langsung mengikuti arahan saya; saya menginginkan earphone tersebut cukup dipasang satu kali saja, tidak bolak-balik. Karena ketika saya bilang ‘jangan’ tadi diawal, Nara cenderung sengaja untuk melakukannya lagi. Tapi ketika saya beri penjelasan dengan kalimat produktif, ia otomatis memahaminya dengan baik.

...

Yang terakhir di siang hari ketika Nara sedang asyik bermain dengan saya. Tiba-tiba Nara 'pupup' di popoknya, lalu saya memintanya untuk ke kamar mandi bersama saya untuk dibersihkan. Tapi Nara bilang,

“Nggak mau nyanya mau main aja.”

“Lho kok gitu? Unda mau main sama Nara tapi sesudah kita bersihin pupnya ya.”

“Nggak mau mau main aja.”

“Iya sayang nanti sesudah bersihin pup, kita main lagi. Tapi bersihin pupnya dulu, ya?”

Jeda 1 menit tidak ada jawaban.. Akhirnya Nara membuka celananya sendiri dan mengajak saya ke kamar mandi. ^^

Hmm ternyata asik juga yaa berkomunikasi produktif :D

.....

Komunikasi produktif dengan Suami.

Saya dan suami sebenarnya satu tipe. Kami memiliki sifat yang cenderung sama. Tapi, biasanya badmood datang disaat yang berbeda, jadi salah satunya bisa mengajak bicara lalu menyelesaikan bumbu-bumbu cinta kami hehe
Tapi tantangannya, (bukan ‘masalah’ tapi ‘tantangan’ hehe) ketika kami dilanda badmood yang berbarengan, nggak ada yang mau menghampiri malah saling minta dihampiri. hehehe

Jadi saya rasa poin penting yang saya dan suami harus pelajari terlebih dahulu adalah yang ketiga, yaitu Kaidah 7-38-55.
“Dimana komunikasi yang terkait dengan perasaan dan sikap (feeling and attitude), aspek verbal (kata-kata) itu hanya 7% memberikan dampak pada hasil komunikasi. Komponen yang lebih besar mempengaruhi hasil komunikasi adalah intonasi suara (38%) dan bahasa tubuh (55%)” – Albert Mehrabian.

Ketika mood sedang terguncang, kata-kata masih bisa kita keluarkan dengan bahasa yang baik. Tapi intonasi dan bahasa tubuh biasanya tidak bisa berbohong. Maka ketika mood keduanya sedang tidak beres, kami harus rileks agar emosi mereda dan nalar bisa berfungsi dengan baik.

Sepulang sholat Subuh di mesjid, Suami saya cukup lelah karena hari kemarinnya, tanggal 30 Mei cukup sibuk dan pulang agak larut. Saya ingin minta tolong suami saya untuk mengisi konten di Instagram bisnis kerudung kami, karena sudah dua hari kosong, tidak ada posts untuk dibagikan ke followers. Saya coba gunakan bahasa, intonasi dan bahasa tubuh yang menyenangkan agar dapat diterima dengan baik oleh suami saya yang sedang lelah itu.

(Sambil merangkul suami) “Yah, nanti jangan lupa post konten di Instagram tea yaa, belum ada postingan baru lagi nih, supaya nggak sepi. Hehe”

Saya selalu berusaha hati-hati agar ia tidak merasa ‘diperintah’ oleh saya.

“Oke, tapi ayah tidur dulu yaa. Sebentaaar aja biar fresh. Pasti dikerjain kok kan hari ini full dirumah.”

Sempat kecewa, karena saya ingin semuanya dikerjakan pada saat itu juga supaya nggak mundur lagi waktunya. Tapi saya berusaha memahami bahwa suami saya kalau lagi super lelah memang harus tidur dulu sejenak, baru bisa fokus bekerja setelahnya. (FoE suami)
Dan respon suami saya atas permintaan saya pun menyenangkan, ia menjawabnya sambil membelai rambut saya untuk mendapatkan pengertian dari saya. Yaaa akhirnya luluh juga deeeh hihi

Akhirnya saya melanjutkan pekejaan yang bisa saya lakukan; pekerjaan bagian saya, dan tidur belakangan karena saya tipenya nggak bisa tidur kalau ada hutang ‘kerjaan’ hehe (FoE saya)

Setelah suami bangun, barulah kami lanjutkan bekerja berdua. J

Semoga selalu istiqomah berkomunikasi produktif bersama keluarga tersayang.. Aamiin

Salam Ibu Profesional,


Prita Annisa Utami

#level1
#Day1
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip







No comments:

Post a Comment