My Forever Hero

Pernah suatu hari, di awal-awal pernikahan kami, Ayah ‘dikerjain’ sama orang berkali-kali. Bukan dikerjain yang berupa bercandaan, tapi ini dzalim kalau menurut Unda sih. Dan perbuatan dzalim itu bukan hanya tentang kekerasan fisik, tapi sebuah kata pun bisa mendzalimi orang lain jika itu memang sangat menyakitkan.

Satu kali, diabaikan dulu nggak masalah. Ketika yang kedua, yaudah mungkin khilaf, bertambah yang ketiga, keempat dan seterusnya, kok Unda yang geram yaaa.. rrggghhh

Unda bilang sama Ayah,

Yah, sekali-kali dibales kan ga apa-apa. Kan gak salah juga bales.. Kita berhak loh buat balas, ini dzalim namanyaa, diliat sama orang lain lagi, kan menjatuhkan harga diri itu tuh....

Yaudahlah biarin aja..

Baiklah..

Suatu hari, mungkin ketika si beliau itu sudah sangat keterlaluan, Ayah mengajak beliau untuk bicara empat mata dan bertanya apa maksud dari semua yang dia lakukan. Beliau tak bisa berkata-kata untuk membela diri dan hanya meminta maaf, walau tak jarang ia mengulanginya lagi.

Unda sedikit kecewa berharap Ayah bisa memberinya ‘pelajaran’, lagi-lagi bukan soal fisik, tapi mungkin bisa dibicarakan lagi dengan sangat-sangat serius.

Terus Ayah bilang,

Allah tau siapa yang salah dan siapa yang benar. Biar aja Allah yang balas, yang penting Ayah udah pernah ngomong berdua sama dia, supaya dia gak malu. Kalau setelahnya masih sama, yaudah. Da Ayah juga marah sebenernya mah kesel, tapi kayaknya ngga akan nyelesein masalah juga kan, yang ada nanti tambah keruh dan kemana-mana. Belum lagi persepsi orang beda-beda nantinya, nyebar dari mulut kemulut ditambah bumbu-bumbu. Aahh pusing, Nda.. hehe

He’s the one who shows me a way of thinking positively in this ‘tough’ life. Dulu kalau ada suatu kejadian, Unda biasanya dikit-dikit ingin balas, tapi sekarang lebih legowo walaupun kadang marahnya udah maksimal. Tapi sifat marah itu memang fitrah kan, hanya gimana cara manusianya aja untuk bisa mengontrol perasaan marah tersebut.

Tulisan ini Unda buat setelah Unda baca terjemahan surat Asy-Syura ayat 40-43. Jelas tertulis bahwa kita berhak membalas kejahatan dengan kejahatan, tapi memaafkan dan membalasnya dengan kebaikan merupakan perbuatan mulia. Masyaa Allah. The choice is ours 😊

It’s not about cowardice; but patience makes someone a hero.


And you are my forever hero, Yah .. ❤



No comments:

Post a Comment