Menyelami KREATIVITAS (Finale)

Menyelami diskusi tentang KREATIVITAS.

Setelah diskusi malam pertama tentang Kreativitas di kelas Bandung 2, Unda ingat, betapa Unda mengecap diri Unda, tidak kreatif karena Unda tidak bisa membuat prakarya. Karena Unda ingat, Unda tak pernah dapat nilai baik di mata pelajaran seni rupa semasa sekolah dulu.

Ketika diselami, Unda disapa oleh Evolusi, Sintesis, dan Revolusi. Unda berusaha menyelami lagi, bahwa kreativitas tak melulu soal prakarya, tak melulu soal handmade things, tapi ide apapun yang membuat kita berbinar, dan kita puas akan hasilnya, itulah buah dari kreativitas.

Seketika ingatan lainnya menyeruak ke permukaan, Unda ingat, dulu Unda pernah membuat lagu dalam tugas seni musik. Unda memadukan nada-nada menjadi irama yang (yaa menurut unda sih) enak didengar, dan cukup membuat teman satu kelas memerhatikan nyanyian Unda waktu itu.

Aaahh, ini juga kreativitas yaaa..
.
.
Unda kembali menelusuri jejak hidup. Kali ini masuk ke perjalanan Unda bersama Nara.

Unda selalu memerhatikan anak perempuan lucu satu ini, kesayangan yang selalu punya ide akan hal yang akan ia mainkan. Unda, dan Ayah tak sering memberikan Nara mainan. Dalam bayangan Unda awalnya, rasanya anak perempuan harus punya masak-masakan lengkap dan segala miniatur perabotan milik Unda lainnya. Tapi, ternyata Nara tak butuh itu.

Ternyata Nara memiliki imajinasi yang membuat ia selalu senang dengan segala aktivitasnya. Dengan bermain imajinasi, apa yang ada di depan mata, bisa Nara jadikan alat untuk bermain, untuk membuatnya berbinar-binar. Siapa sangka, dengan Kreativitas, muncul rasa Syukur untuk senantiasa mengoptimalkan apa yang kita miliki dengan sebaik-baiknya.
Masyaa Allah..

Semoga Unda-Ayah bisa selalu memfasilitasi Nara, akan idenya.

Ternyata dari diskusi kelas ataupun diskusi bermanfaat lainnya, ingatan Unda selalu mengarah kepada masa-masa muda penuh semangat eksplorasi, dan juga masa pendampingan Nara yang selalu membuat diri ini semakin berbinar dan bersemangat 😍
Alhamdulillah..



...

Nah, diskusi hari selanjutnya me-recall memories masa kecil, ketika kita sebagai siswa diminta oleh guru untuk menggambar sebuah pemandangan.

Cobaaaa, apa yang teman-teman gambar semasa kecil dulu?

Hahaha, Unda pun sama, hampir selalu menggambar dua buah gunung, lalu diantaranya ada matahari terbit, lalu dibawahnya ada sawah, jalan dan juga saung. Tidak lupa tambahan awan dan burung-burung di langit 😆

source: google

Kami semua satu kelas, berusaha untuk menelusuri kenapa bisa seperti itu? Serempak, kompak. 😊

Unda berusaha menyelami lagi, masa kecil Unda dahulu. Yang Unda tahu, pemandangan memang identik dengan pedesaan, dengan sesuatu yang serba hijau dipandang mata. Dan lagi, berhubung Unda tinggal di ‘kota’ (agak pinggir, hehe), jadi cukup jarang melihat hal semacam itu.
Jika benar-benar bisa melihat matahari terbit diantara diua buah gunung, rasanya indah sekali.😍


Oia, ketika semasa kecil Unda juga sering bercerita dengan orang tua, dan mereka pun mengidentikan pemandangan dengan sesuatu yang hijau, terutama sawah. Aahhh, apa ini salah satu alasannya yaa, mengapa pemandangan identik dengan gunung dan kawan-kawannya? 😄

Ditambah lagi,, Unda memang tidak begitu bisa menggambar; dan bagi Unda menggambar gunung dan sekitarnya, merupakan hal termudah yang bisa lakukan pada saat itu, hihi
.
.
Tapii, jika hari ini, Nara diminta oleh gurunya untuk menggambar pemandangan. Insya Allah Unda akan berkata, “Apapun yang Nara lihat adalah pemandangan. Jika diminta menggambar pemandangan yang indah, menurut Nara, Nara paling suka lihat apa?

Jika Nara suka melihat kembang api, Nara bisa menggambarkannya, sebagai simbol rasa gembira yang terwakilkan oleh warna-warninya kembang api, mungkin?
(waah jadi berandai-andai usia Nara sudah agak besar 😆)

Yang pasti, menurut Unda, pemandangan indah adalah melihat senyum Nara setiap hari, akan sesuatu hal yang membuat Nara berbinar-binar.


Salam Ibu Profesional

Prita Annisa Utami

No comments:

Post a Comment