21:29

Tantangan 10 Hari Komunikasi Produktif (Warming Up)

by , in
Komunikasi Keluargaku

Bismillah saya ingin berlatih dengan poin “Memberi pilihan” dalam berkomunikasi produktif dengan anak saya, Nara.

Hari ini, tanggal 30 Mei 2017 pagi hari, hal pertama yang saya coba latih adalah ketika meminta tolong Nara untuk membereskan kerudung-kerudung yang ia buat main yang bergeletakan di lantai. Berhubung lemari sedang di cat, saya menggunakan boks dan keranjang juga meja untuk sementara menaruh kerudung-kerudung, yang tentu dengan mudah Nara menjangkaunya.

“Nara, kalau kerudung yang ini mau ditaruh dimana? Di boks atau meja?”
Ternyata dia memilih memasukannya ke keranjang yang sudah penuh kerudung. Tidak apa-apa, artinya tidak akan bergeletakan di lantai lagi. Alhamdulillah dia menurutinya dengan gembira tanpa merasa “bete” dimintai tolong J (Terkadang kalau saya lagi nggak fokus saya bisa pakai kalimat perintah yang membuat Nara malah “bete” dan sengaja untuk membiarkannya berantakan)

Selanjutnya ada beberapa mainan juga yang sudah tergeletak di lantai. Ketika Nara selesai dengan kerudungnya, saya meminta tolong ia menaruh mainannya, biasanya saya akan bertanya mau ditaruh di keranjang atau trolley mainannya? Tapi berhubung trolley mainannya berada dekat dengan kami, maka saya menawarkan ia untuk menaruhnya disana, ternyata Nara memasukan semua mainan yang tergeletak ke dalam trolley nya. Alhamdulillaahh.. ^^
Dan ketika meminta tolong, saya pun memberi pilihan, mainan yang mana yang akan ia masukkan duluan, supaya sambil bermain juga.

*Sebenarnya terdapat poin KISS juga dalam kegiatan saya meminta tolong kepada Nara diatas (setelah meminta tolong membereskan kerudung, baru pindah ke mainannya), namun itu tidak menjadi fokus saya saat ini karena saya dan suami cenderung sering bahkan selalu menerapkan ini supaya anak tidak bingung ketika diberi arahan/perintah.

.....

Masih di tanggal yang sama, pada siang harinya. Ketika saya ingin meminta Nara untuk tidur. Awalnya, “Nara, bobo yuk.”
“Nyanya ngga mau bobo.”
Oh, iya biasanya kalau saya ngajak begini dia cenderung nggak mau, dan endingnya saya gendong dia ke kamar untuk mengajak tidur hihi Tapi tetap dengan cara dan intonasi yang lembut.

Hmm akhirnya coba pakai komunikasi produktif dengan merubah kalimatnya.
“Nara mau bobo sambil minum susu madu atau nggak usah minum susu?”
“Nyanya mau susu madu.”
Naah, biasanya kalau sudah minum susu, dia otomatis ke kasur karena saatnya tidur. 
Alhamdulillah tidur siang tanpa drama dulu. J


.....

Komunikasi produktif yang kedua bersama suami.

Saya coba menggunakan 7-38-55, dalam berkomunikasi produktif dengan suami saya hari ini. Mengingat kami sering merasa salah paham karena nada bicara dan juga bahasa tubuh.

Kebetulan, kemarin tanggal 29 Mei, terjadi perbedaan dengan suami saya. Tidak begitu signifikan, tapi saya sebagai istri sangat merasakannya. Saya tanya pada suami saya, “Ayah kenapa?” “Nggak apa-apa.”

Oh, oke mungkin dia sedang capek saja pikir saya, karena seharian itu dia memang cukup sibuk.
Esok paginya tanggal 30 Mei, saya tanya lagi. Namun jawabannya masih sama, tidak ada apa-apa katanya. Hmm aneh, padahal saya sudah menggunakan kata yang baik dan intonasi yang lembut, namun masih saja sama responnya.

Sampai akhirnya pukul 9 pagi saya coba ulangi bertanya dengan kata-kata yang baik, intonasi yang lembut ditambah dengan bahasa tubuh yang menyenangkan. Sambil membelai rambutnya, memeluknya untuk membuat ia nyaman, saya bertanya, “Ayah kenapa? Unda perhatiin dari kemarin ada yang beda. Ada yang salah dari Unda? Coba ayah cerita atuh yaa..”
Perlahan semua mengalir dari suami saya, disitu saya pun dituntut untuk menggunakan nalar daripada emosi. Inhale, Exhale. Ini untuk perubahan yang lebih baik.

Suami saya menginginkan rumah yang rapi, ketika saya selesai memasak, kalau bisa jangan ada yang kotor. Bisa di lap terlebih dahulu, baru tinggalkan dapur dan kerjakan yang lain. Saya pun menjelaskan bahwa pada saat itu Nara sedang ingin ditemani bermain, maka saya tinggalkan dapur dalam keadaan berantakan untuk menemani Nara. Ditambah, kondisi suami saya yang sedang sangat lelah pada saat itu.

Frame of Reference Suami: Ia terbiasa dengan situasi sangat bersih karena ia pernah bekerja di bagian dapur, bagian pastry; dimana kebersihan dapur sangat dijaga ketat.
Maka saya harus memahami betul suami saya.
Frame of Experience Saya: Ketika anak sudah meminta ditemani, saya akan tinggalkan kegiatan apapun itu walaupun dalam keadaan belum ‘selesai’.

Maka kami berusaha menyatukan keduanya, akhirnya didapat kesimpulan.

Jika Nara minta ditemani, boleh meninggalkan cucian piring misalnya, asal piring-piring ditumpuk dengan rapi, tidak asal. Dan kalau bisa noda-noda minyak atau apapun yang berceceran, dan terlalu kotor, segera di lap sebisanya. Mungkin tidak akan menghabiskan waktu lama untuk melakukannya.
Akhirnya kami pun berpelukan dan saling meminta maaf. Dan segala kritik dan saran lainnya pun ikut mengalir demi perbaikan kami kedepannya. J


Bismillah.. Semoga kedepannya bisa lebih baik lagi..


Salam Ibu Profesional,

Prita Annisa Utami

#level1
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip



Nara membereskan kerudung



Nara membereskan mainan
Nara sebelum tidur siang